May 26, 2013

Takita, Doraemon dan Adeeva




Dear Takita..

Duh maaf, Om lamaaa banget balas surat kamu.
Kamu tahu, pasti alasan Om sama seperti 100 Kakak lainnya. Tentang waktu yang kadang tidak bisa diajak berteman. Nanti kalau Takita gede, pasti mulai merasakan kejamnya waktu yang kadang ga bisa diajak kompromi.

Takita yang cantik, sepertinya kamu bisa jadi teman baik Adeeva. Anak pertama om yang sama cantiknya seperti kamu. Sama juga serunya seperti kamu. Sama juga sering merajuk minta dibacakan buku cerita nya setiap malam (atau kadang setiap waktu saat melihat Om ada didekatnya). Buku komik Gober bebek, buku cerita Princess, sampai hikayat atau dongeng nusantara. Semua ingin didengarnya. Dia merasa senang melihat gaya bercerita Om, yang kadang berubah suara sesuai karakter cerita.

Sayang kadang Om merasa bukan menjadi Ayah yang baik.
Kadang Om egois, bilang capek sehabis pulang kerja.
Kadang Om merasa tidak penting, dengan bilang besok saja.
Kadang Om merasa mengabaikan, karena lebih sibuk balas bbm, email kantor, cek twitter atau posting foto instagram.
Om kadang jadi sedih, kalau ingat saat menolaknya. Mungkin Takita sama, akan sangat sedih kalau menjadi Adeeva.

Om ingat betul, dulu waktu om kecil, orang tua om tidak pernah melakukan hal itu. Membacakan cerita sebelum tidur. Jangankan cerita saat jelang tidur, Om bisa bertemu dan berkumpul dengan orang tua Om saja, saat Om sudah duduk di bangku SMA. Masa kecil Om dihabiskan dengan susah payah, banyak sengsaranya. Hingga kadang Om sedih kalau sejenak saja mengingatnya.

Ohya...Om ingat saat-saat pertama kali om masuk toko buku, namanya Gramedia. Waktu itu saat diantar liburan kerumah saudara, sehabis liburan Ebtanas. Om merengek minta dibelikan komik DORAEMON edisi #3. Orang tua Om tidak mengijinkannya. Bukan karena pelit, tapi memang karena tidak ada uang yang dipakai untuk membelinya. Om menabung sedikit demi sedikit uang saku Om, supaya bisa beli komik DORAEMON #3 itu, dan meminta saudara Om yang jauh di kota itu untuk mengirimkannya lewat Pos.

Sampai akhirnya, komik DORAEMON #3 sampai juga ditangan Om. Setiap saat Om membacanya. Habis pulang sekolah, saat makan, habis mengaji, malam saat mau tidur dst. Komiknya sampai lecek banget dan dikasih sampul plastik. Ohya waktu itu Om bacanya sendiri, dan diirit mengulang per judulnya. Supaya tidak cepat 'tamat' bacanya ;")

Om merasa, saat membaca cerita itu, seperti kita diajak masuk kedalam suasana atau cerita yang disampaikan. Meskipun Om tahu itu hanya khayalan saja, tapi Om senang saat membaca per-lembarnya. Meski kadang sesekali berharap orang tua Om waktu itu ada dan bisa membacakan cerita, seperti cerita Ibu Nobita yang membacakan dongeng Jepang sambil mengompres Nobita yang sakit panas, dalam kisah di buku komik itu.

Nah, Takita..
Karena saat ini Om sudah punya anak sendiri sebesar kamu, Om ingin sekali mereka nanti saat dewasa punya kenangan yang baik terhadap orang tuanya.
Om ingin sekali mereka punya memori indah dan ingatan berharga, bahwa ada ruang-ruang cerita di benak mereka yang diisi dengan kebersamaan dan kasih sayang orang tua.

Kasih sayang itu indah, Takita. Tapi tidak mudah.
Butuh perjuangan untuk mendapatkan dan bahkan membagikannya.
Nah, Om juga sudah lama sekitar 2 tahun lebih stop memakai Blackberry. Karena om merasa, itu menjadi salah satu sumber Om dulu sering mengabaikan Adeeva. Saat ini, kalau Adeeva minta dibelikan buku, Om tidak akan pernah menolaknya (asal bukan mainan ya..). Dia bisa minta buku apapun untuk dibaca. Om ingin 'membalas' masa lampau Om dengan memberikan yang diminta, karena Om merasa semua buku itu sumber ilmu dan tidak akan bisa dinilai dengan uang hasil dari membaca itu. Adeeva senang sekali kalau diajak ke toko buku, disebutnya "Perpustakaan". Ini foto dulu pertama kali dia pergi ke toko Buku.

Meski sekarang Om juga belum sering dan rutin membacakan dongeng untuk Adeeva, semoga saat dewasa nanti dia tahu. Ayahnya ini sangat mencintainya dan akan melakukan apa saja untuk kebahagiaannya kelak. Meski tidak selalu membacakan dongeng untuknya, tapi menemaninya setiap ada waktu dan 'masuk kedalam dunia'nya adalah cara Om untuk mendapatkan 'ruang' dalam kenangannya kelak.

Salam sayang buat Takita.
Semoga kebahagiaan dan kenangan indah menjadi milik semua.


---
*) postingan ini dibuat untuk mendukung Indonesia Bercerita. Indonesia Bercerita adalah sebuah inisiatif untuk mempromosikan upaya pendidikan anak melalui cerita.

Namaste.

I just wanna share that nowadays, I fall in love with yoga.

Yoga is sometimes underestimated and many people shy away from it because they are misinformed. Some say that yoga isn't a workout and that all you do is stretch, but those who do practice will tell you otherwise. Some say that yoga only for women. Kind of lack mindset. Yoga isn't just stretching it’s about holding poses, breathing and pushing yourself past your comfort zone. Yoga is a great workout and the benefits that come with the practice are amazing.

I have been practicing yoga consistently for about 6 months and I’m feeling great. All of this could just be in my head but I find that I sleep better, am happier and less stressed. Physically I am more balanced and feel a lot stronger. Yoga has also improved my flexibility which will help reduce my chance of injury when running or going to the gym. Practicing has opened my eyes to my own personal health and lifestyle as well as specific fitness goals that I have recently set for myself.
 

I feel great to do Yoga. I felt every moment release our stressful and pushing our positive mind. 


My yoga's Guru said that :
You have to be happy, Even it just breathe. You should be happy
You must be thankful, for everything you have. Share the happiness to all people.

My favorite part of yoga is that it’s a deeply personal workout. It allows you to connect with yourself, focusing on your own breath and movement whilst ignoring the distractions and constant chatter going on inside your head.

Yes.
YOGA is the journey of the self, through the self, to the self. Namaste

May 24, 2013

Passion yang lenyap


Beberapa waktu lalu, saya posting twitter :

"Saya hanya kadang takut,hari dimana tiba-tiba 'passion' saya lenyap."

"Jikalau passion-mu akan sesuatu lenyap seketika, saat itu juga mungkin kamu merasa tak ada peduli. Sedikitpun. Mungkin."

"Passion mu, dihatimu. Saat semakin banyak luka mewarnai, hatimu akan rapat bagai tutup tanpa sekat."


Banyak respon teman-teman yang muncul. Beragam. Semua dengan pendapat dan pembenaran masing-masing.

Tapi apakah pertanyaan itu bisa terjawab ? 
Adakah kamu mengalami sama takutnya denganku, saat itu terjadi.
Passion yang kita cintai, impikan. Sesekali menjadi yang sangat kita agungkan.
Dimana ada nama waktu yang menjadi sangat egois dan meluruhkan passion kita itu.

Passion  menjadi kombinasi antara kenikmatan, makna dan perasaan. Entah dalam pekerjaan yang kita jalani atau dalam bentukan kegiatan lainnya dalam kehidupan yang ada ini. Mungkin yang masih berumur sekolah, menjadi lebih sempit ke passion memilih jurusannya. Dalam pekerjaan, mungkin menjadi pilihan karir sesuai dengan passionnya.

Saat beberapa waktu lalu passion saya berubah. Apakah saya menjadi salah ?
Apakah benar passion menjadi bawaan yang sangat murni didalam hati kita dan tidak bisa tergantikan ?
Lalu apakah salah passion saya berubah sesuai keinginan dan menyesuaikan dengan kemauan jaman?

Mungkin kamu yang bisa menjawabnya. Kita sendiri.

Semua tergantung hatimu, ingin merapikannya, atau ingin membuyarkannya. Memahami. Sesekali. Mengamini, mungkin ada passion lain menanti,