"Ma, isikan pulsaku ya ...sekalian pinjamin aku uang ya, bulan depan aku balikin"
Teman saya, curhat kekurangan uang dan ternyata MASIH netek ke ortunya, hehehe
Di jaman yang semakin susah dan serba pas-pasan, terhimpit, penuh keluh kesah, penat dan bikin pusying ini..Kebutuhan uang memang tiada habisnya, dan cepat sekali menguap. Mungkin kalau kebutuhan anak sekolahan + kuliahan, pasti soal buku-SPP atau juga tipu2 dikit uang fotokopian dsb. Semua akumulasi nya akan langsung diserahterimakan ke pada pihak yang berwenang alias ORTU. Selanjutnya, Orang Tua sebagai Mahkamah Deputi atau bahkan Gubernur tertinggi masalah keuangan akan meneliti, menelaah, dan memberikan keputusan akhir.
Semua rasanya masih berjalan normal (kecuali istilah2 berlebihan itu, hehe) as long as masih duduk di bangku sekolahan/kuliahan. Tapi perubahan pola itu akan menjadi sangat dilematis, kalau dihadapkan kenyataan, SUDAH BEKERJA tapi masih minta uang.
Etis atau tidak, masih dalam pergunjingan, yang direncanakan masuk delik Kasus Liputan 6 (halah). Beragam alasan pun muncul;
- Karena selama menjabat predikat 'anak', hak menerima sokongan WANG, masih diperbolehkan
- Menerima uang dari ortu dianjurkan, kalau pas kepepet. Daripada ngutang atau minjam di rentenir dan teman yang pelit + tukang ungkit kredit
- Atau malah ORTU yang 'maksa' terus ngirimin uang, khawatir anaknya miskin sesaat karena kekurangan dana
Wahhh, beragam dah...
Saya kadang mikir, santun atau tidak, etis atau tidak, dan layak atau tidak, kalo sebagai sosok yang sudah bekerja tapi tetap menengadah, mengulurkan tangan, MEMINTA.
Karena secara pribadi, bagi saya, ENGGAK.
Jujur sampai sekarang saya TIDAK berani menerima, tapi juga belum berani secara tegas MENOLAK selamanya. Takut kalo suatu hari nanti benar2 butuh dan kepepet pet pet sangat, dan tidak ada pilihan lain kecuali PINJAM orang tua. Meski kadang juga tidak bisa menegaskan kontasi PINJAM dalam artian sebenarnya, atau PINJAM dan dikembalikan kapan-kapan. 3 tahun terakhir ini, saya benar-benar tidak ingin menerima kiriman dari orang tua. Karena saya juga belum butuh sangat dan ingin DILIHAT MANDIRI tanpa sokongan mereka.. Meski akdang kalo pas saldo NOL gedhe, hati kebat-kebit, antara TELPON atau tidak ya, Ngomong ato nggak ya...
Ahhh,,saya harus terus 'sok' Mandiri
Gak ingin kecewa melihat mereka, meski jujur kadang masih terseok dalam kubangan bernama KEMISKINAN. Mama, doakan saya....
Teman saya, curhat kekurangan uang dan ternyata MASIH netek ke ortunya, hehehe
Di jaman yang semakin susah dan serba pas-pasan, terhimpit, penuh keluh kesah, penat dan bikin pusying ini..Kebutuhan uang memang tiada habisnya, dan cepat sekali menguap. Mungkin kalau kebutuhan anak sekolahan + kuliahan, pasti soal buku-SPP atau juga tipu2 dikit uang fotokopian dsb. Semua akumulasi nya akan langsung diserahterimakan ke pada pihak yang berwenang alias ORTU. Selanjutnya, Orang Tua sebagai Mahkamah Deputi atau bahkan Gubernur tertinggi masalah keuangan akan meneliti, menelaah, dan memberikan keputusan akhir.
Semua rasanya masih berjalan normal (kecuali istilah2 berlebihan itu, hehe) as long as masih duduk di bangku sekolahan/kuliahan. Tapi perubahan pola itu akan menjadi sangat dilematis, kalau dihadapkan kenyataan, SUDAH BEKERJA tapi masih minta uang.
Etis atau tidak, masih dalam pergunjingan, yang direncanakan masuk delik Kasus Liputan 6 (halah). Beragam alasan pun muncul;
- Karena selama menjabat predikat 'anak', hak menerima sokongan WANG, masih diperbolehkan
- Menerima uang dari ortu dianjurkan, kalau pas kepepet. Daripada ngutang atau minjam di rentenir dan teman yang pelit + tukang ungkit kredit
- Atau malah ORTU yang 'maksa' terus ngirimin uang, khawatir anaknya miskin sesaat karena kekurangan dana
Wahhh, beragam dah...
Saya kadang mikir, santun atau tidak, etis atau tidak, dan layak atau tidak, kalo sebagai sosok yang sudah bekerja tapi tetap menengadah, mengulurkan tangan, MEMINTA.
Karena secara pribadi, bagi saya, ENGGAK.
Jujur sampai sekarang saya TIDAK berani menerima, tapi juga belum berani secara tegas MENOLAK selamanya. Takut kalo suatu hari nanti benar2 butuh dan kepepet pet pet sangat, dan tidak ada pilihan lain kecuali PINJAM orang tua. Meski kadang juga tidak bisa menegaskan kontasi PINJAM dalam artian sebenarnya, atau PINJAM dan dikembalikan kapan-kapan. 3 tahun terakhir ini, saya benar-benar tidak ingin menerima kiriman dari orang tua. Karena saya juga belum butuh sangat dan ingin DILIHAT MANDIRI tanpa sokongan mereka.. Meski akdang kalo pas saldo NOL gedhe, hati kebat-kebit, antara TELPON atau tidak ya, Ngomong ato nggak ya...
Ahhh,,saya harus terus 'sok' Mandiri
Gak ingin kecewa melihat mereka, meski jujur kadang masih terseok dalam kubangan bernama KEMISKINAN. Mama, doakan saya....
2 comments:
Cari kerja itu sekarang susah.. Dapat kerja dengan gaji yang sangat minim banyak terjadi di negara Indonesia. Solusinya manfaatkan ketrampilan.. jadi bisa menutupi kekurangan uang. Asal bukan ketrampilan ngutil ya atau mencuri milik orang lain..
hmmm...yang ini saya kudu ngaku. Masih suka minta sama ortu. Tapi itu sih buat bayarin pengeluaran bulanan yang ada dirumahku di daerah Perak sono. Soalnya ane penanggungjawab keuangan sih... dan lagi rumah yang disono emang tanggungjawab ortu, coz nenekku satu-satunya masih bercokol disana (koyok pitik ae rek!) Kalo idup dari gaji sendiri, alhamdulillah udah cukup. Lebih alhamdulillah lagi udah punya usaha sampingan, ehmm....
Post a Comment